Minggu 64 : How ‘did’ you see things ahead?

fullsizerender-2

Sepasang mata itu adalah milik saya. Foto yang diambil 6 tahun lalu oleh kawan saya. Mata saya tidak berubah. Perspektif saya atas masa depan saya pun tidak berubah. Saya konsisten dengan pandangan saya. Visi saya. And I can’t be more grateful for that. Menyadari dan menetapkan apa yang saya inginkan dalam hidup saya, pada usia 18 tahun kala itu. Tidak. 16 tahun lebih tepatnya. Sebelum foto ini diproduksi dalam hidup saya. Sebelum hari ini saya mengonstruksi makna foto itu. Saya sudah menetapkan apa yang saya inginkan.

People say, life happens when u’re making up a plan. So, ‘hell with plans, screwed it!’. I knew. But, that’s definitely why I keep making up plans. Life would still happen even my plans didn’t work.

Ada begitu banyak hal yang saya lakukan dalam rencana-rencana itu yang seringkali dianggap sebagai suatu deviasi oleh pandangan populasi di lingkungan saya pada tahap rencana tersebut.

Tapi deviasi-deviasi itu yang kini membawa saya ke titik ini. Titik yang akan terus bersambung dengan deviasi-deviasi lainnya. Dan ketika saya menggunakan helicopter view, saya akan dapat melihat grafik hidup saya membentuk suatu gelombang steady state.

 

Again. I can’t stop feeling grateful.

 

Adalah sebuah ritual kecil bagi saya untuk memandangi mata saya setiap pagi, melalui cermin, dan berbicara pada diri saya sendiri, “Apa kabar mimpi-mimpimu?”.

Again. I can’t be more grateful to be that ‘nut’. Saya menyukai ritual kecil itu, yang mungkin menurut beberapa orang adalah suatu bentuk deviasi.

Besok, saya akan mengikatkan diri saya pada suatu profesi yang menjadi bagian kecil dari bagian besar luas pandangan ‘mata’ saya atas rencana hidup saya. Mengikatkan diri saya untuk waktu yang tidak singkat.

Kali ini saya bercermin sambil mengedipkan mata saya.

 

Sebuah selebrasi.

 

Karena saya berhasil menjalankan rencana saya (meski tidak sempurna dan sebaiknya diberi mark untuk revisi) yang memungkinkan saya berpindah pada tahap selanjutnya dalam rencana saya.

Saya merayakannya dengan sebuah kedipan. Satu kedip saja. Karena saya tidak ingin menghabiskan waktu yang terlalu lama dan tenaga yang terlalu banyak untuk perayaan itu.

Saya harus mulai memasang mata saya lagi. Memasangnya sama seperti ketika saya berusia 16 tahun dulu. Memandanginya. Sambil menyilangkan jari-jari saya. Berharap, semoga rencana selanjutnya dimudahkan dan diridhoi-Nya. Dan membawa saya ke titik syukur yang sama pada usia 24 tahun ini.

 

Ada perasaan kalut yang sama.

I don’t know. Am I seeing ahead with the right eyes? With the right kind of perspective? I don’t know.

 

Eventhough at this point I got the proof that my plan has worked. But still. It’s just me with my eyes. Such small stardust in this milkyway.

 

However…

 As I said, some plans might not be working.

But life will still happen.

 

 

I’m working on my plan.

Leave a comment