Menemukan Tenang dari Berbagi Rasa dengan yang Serupa, dan Menghadapi Satu-Satu Beban Pikiran

Satu bulan ini aku tidak tenang.

Aku tidak bisa berpikir seperti biasanya, aku tidak bisa bekerja seperti biasanya, aku tidak bisa mencerna seperti biasanya, tidak bisa bercinta seperti biasanya, hingga tidak bisa beribadah seperti biasanya. Sepertinya aku sedang berada di puncak titik terendah.

Lalu aku diam dan berdoa. Tiba-tiba di kepala muncul wacana, yang memantik semangatku. Yang terasa menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Kepalaku bicara sendiri, 

“Ini memang  bukan tempatku, bukan mimpiku. Tapi berada di sini adalah bagian dari rencana yang sudah dirancang dulu. 

Hai. Ternyata bukan cuma kenikmatan yang bisa menuai ‘kebungkaman’ pada mimpi. Keterpaksaan yang dibungkus dalam rutinitas ternyata jauh lebih menyeramkan”. 

Kemudian memantapkan hati menentukan sampai kapan perlu ada di sini.

Dengan menggenggam rencana, ku kira aku kemudian menjadi lebih tenang. Ternyata belum. Bahkan semakin kalut. Khawatir rencana ini salah. Khawatir ini bukan yang tepat, dan sebagainya.

Sampai akhirnya bergerak ingin mencari bantuan dari yang ahli, dengan harapan bisa membantu memberikan ‘assesment’ untuk memastikan kesesuaian rencana, dengan potensi diri dan harapan hati.

Belum sampai membuat janji temu dengan yang ahli, aku tiba-tiba bertemu dengan kawan, yang ternyata pernah mengalami rasa tidak tenang. Apalagi ada beberapa masalah hidup yang serupa. Saling berbagi terasa sangat menenangkan.

Tiba-tiba setelah perbincangan itu, rasanya betul-betul cerah. Aku merasa semangat lagi. Aku merasa yakin lagi dengan mimpi-mimpi, dengan rencana-rencana.

Ternyata yang diperlu manusia cuma saling didengar dan saling mendengarkan.

Aku bergerak lagi. Satu-satu beban pikiran ku hadapi. Satu-satu masalah diselesaikan. Semua pekerjaan tertunda, satu-satu dikerjakan. Agar langkah ini ringan-dan-riang-gembira lagi, dalam perjalanannya menuju mimpi.

Aamiin…

*Now Playing Hormat kepada Angin*

Leave a comment